Kegiatan menulis dasar sudah dapat dimulai saat anak menunjukkan
perilaku seperti mencoret-coret buku atau dinding, kondisi tersebut
menunjukkan berfungsinya sel-sel otak yang perlu dirangsang supaya
berkembang secara optimal (Depdiknas 2007: 6). Penyediaan alat tulis
tidak harus kertas dengan pensil melainkan alat permainan edukatif yang
dapat melatih kelenturan koordinasi jari untuk persiapan menulis dasar,
seperti menggunting, merobek, menjumput, meremas, kegiatan melatih
kelenturan dimulai ketika anak berpura-pura menulis di atas kertas,
pasir atau bentuk media lainnya.
MENULIS
Menulis adalah suatu keterampilan yang dapat dipelajari setelah aspek
kemampuan lainnya dikuasai. Salah satunya adalah aspek koordinasi
motorik halus dan adanya kemampuan persepsi visual.
Keterampilan motorik halus adalah penggunaan bagian tubuh atau otot-otot
kecil seperti tangan. Dalam hal perkembangan menggenggam (prehension),
dicatat bahwa anak usia 12-15 bulan sudah bisa memegang benda dengan ibu
jari dan telunjuk, sehingga mereka sudah dapat menyusun dua balok ke
atas.
Stimulasi yang sesuai untuk anak usia ini adalah yang melatih gerakan
ibu jari telunjuk dan lengan. Beberapa gerakan stimulasi yang dapat
dilakukan, antara lain adalah, menyusun balok, memindahkan uang logam
atau kancing ke dalam kotak, memukul pasak dengan kayu, menyendokan
pasir atau tepung dari satu wadah ke wadah yang lain.
Pada usia dua tahun pensil dipegang dengan meletakkan ibu jari di sisi
kiri dan jari telunjuk menjulur keluar untuk membantu mengontrol gerakan
pensil. Hasil gambar anak masih berupa coretan berulang (scribbles).
Dengan bantuan imajinasi mereka, coretan yang tak bermakna dapat
dirangkai menjadi suatu gambar dengan cerita tersendiri. Contohnya, anak
bercerita bahwa dua coretan spiral yang dibuatnya adalah gambar sapi
yang sedang makan rumput.
TAHAP PERKEMBANGAN MENULIS ANAK
Buncil (2010) menyebutkan tahapan menulis anak, antara lain.
Tahap 1: Coretan-Coretan Acak. Mulai membuat coretan; random scribbling;
Coretan awal; coretan acak; coretan-coretan seringkali digabungkan
seolah-olah “krayon” tidak pernah lepas dari kertas. Warna-warna coretan
dapat dikelompokkan bersama dan menyatu atau terpisah dalam
kelompok-kelompok setiap halaman. Coretan dapat satu warna atau beberapa
warna.
Tahap 2: Coretan Terarah. Coretan terarah dimunculkan dalam bentuk
garis lurus ke atas atau mendatar yang diulang-ulang; garis-garis,
titik-titik, bentuk lonjong, atau lingkaran (huruf tiruan) mungkin
terlihat tidak berhubungan dan menyebar secara acak di seluruh permukaan
kertas.
Tahap 3: Garis dan Bentuk Khusus diulang-ulang, (Menulis Garis Tiruan)
Diwujudkan melalui bentuk, tanda, dan garis-garis yang terarah; dapat
terlihat mengarah dari sisi kiri ke kanan halaman dengan huruf-huruf
yang sebenarnya atau titik-titik sepanjang garis; dapat mengarah dari
atas ke bawah halaman kertas.
Tahap 4: Latihan Huruf-Huruf Acak atau Nama. Huruf-huruf muncul
berulang-ulang diwujudkan dari namanya; beberapa dapat diakui dan yang
lainnya sebagai simbol; dapat mengambang di atas kertas, digambarkan di
dalam garis, ditulis dalam gambar sederhana yang sudah dikenalnya
missalnya rumah, saling berhimpit di atas yang lainnya secara
berulang-ulang. Huruf-huruf nama mungkin saling tertukar , dan/atau
ditulis di atas dan dibawah. Latihan nama dapat menggunakan huruf besar
atau yang lainnya kecil, contoh-contoh yang abstrak atau benar.
Tahap 5: Menulis Nama. Nama mungkin yang pertama, terakhir, atau
gabungan dan tulisan dapat muncul berulang-ulang dalam berbagai warna
alat-alat tulis (spidol,ayon, pensil); nama dapat ditulis di depan atau
sebagai cerminan pikiran, di dalam kotak dengan latar belakang atau
bayangan berwarna; nama dapat ditulis di atas kertas dengan gambar di
bawah; rangkaian angka-angka dan abjad dapat dimasukkan.
Tahap 6: Mencontoh Kata-Kata di Lingkungan. Menulis kata-kata dari
lingkungan secara acak dan diulang-ulang dalam berbagai ukuran,
orientasi dan warna; termasuk nama anggota keluarga lainnya.
Tahap 7: Menemukan Ejaan. Usaha pertama untuk memeriksa dan mengeja
kata-kata dengan menggabungkan huruf yang bermacam-macam untuk
mewujudkan sebuah kata seperti yang digambarkan berikut ini:
(1)1Huruf
konsonan awal (D mewakili Dinosaurus).
(2) Huruf konsonan awal dan
akhir (DS mewakili DinoSaurus).
(3) Huruf konsonan tengah (DNS mewakili
DiNoSaurus).
(4) Huruf awal, tengah, konsonan akhir dan huruf hidup
dituliskan pada tempatkan.
Tahap 8: Ejaan Umum. Usaha-usaha mandiri untuk memisahkan huruf dan mencatatnya dengan benar menjadi kata lengkap.
TAHAPAN MENULIS
Selain mengetahui kesiapan anak untuk belajar menulis, perlu
memerhatikan juga tahapan perkembangan kemampuan menulis pada anak.
Dengan begitu, orangtua dapat memberikan stimulus yang tepat, sesuai
dengan kemampuan anak. Cara menstimulasinya adalah dengan menggunakan
variasi metode dan media yang menarik agar anak senang berlatih menulis.
Ada 6 tahapan kemampuan anak sebagai “penulis muda” (dalam Bunda Ali,
2009) yaitu.
(1) Inexperienced Writer yaitu Tahapan menggunakan gambar,
tulisan scribble (coretan/ sketsa) ataupun bentuk lain seperti huruf,
dan sebagainya. Contoh, tulisan anak yang bentuknya baru mirip huruf.
(2) Prewiter yaitu Tahapan mencontoh huruf, kata ataupun kalimat pendek.
Anak juga mulai menggunakan huruf-huruf yang dikenalnya dalam menamakan
suatu benda, dan menulis kata-kata yang pernah dipelajari (pernah
terekam dalam memori). Contoh, tulisan satu kata.
(3) Developing Writer
yaitu Anak paham bahwa kata-kata yang mereka ucapkan dapat dituliskan
pula; mengerti bahwa kata-kata biasanya mewakili bunyi-bunyi tertentu.
Juga mulai muncul huruf-huruf lain yang menunjukkan pemahamannya tentang
hubungan bunyi maupun simbol, dan mulai menulis kata demi kata namun
spasi antara kata biasanya belum muncul. Di tahap ini, anak dapat
membaca tulisannya sendiri. Contoh, tulisan dua tiga kata tanpa spasi.
(4) Beginning Writer yaitu Anak dapat menulis kata demi kata, menulis
dengan bimbingan orang dewasa, mulai menggunakan spasi untuk memisahkan
satu kata dengan kata lain, serta mulai menunjukkan pemahaman tulisan di
buku, majalah dan lainnya. Contoh, tulisan 3 kata dengan spasi.
(5)
Experienced Writer yaitu Di tahap ini, tumbuh kepercayaan diri anak. Dia
mulai bisa menulis mandiri, menggunakan rancangan/pola/gambaran dari
lingkungan sekitarnya sehingga menjadi kata yang bermakna, memahami
penggunaan spasi, dapat menuliskan ide sederhana tapi cukup komplet, dan
bisa mengeja kata-kata yang cukup sulit.
(6) Exceptional Writer yaitu Anak menunjukkan antusiasme yang tinggi.
Dia lebih senang untuk menulis mandiri, menulis kalimat yang panjang,
sudah terlatih menggunakan spasi antarkata, dan lain-lain. Contoh,
tulisan anak SD awal, dimana tekanan tulisan sudah cukup mantap, dan
bisa membuat kalimat.
Umumnya, kemampuan menulis anak TK (prasekolah) yang mendapat stimulasi
baik, berada pada tahapan 3-4. Ketika anak usia TK sudah mencapai
kemampuan seperti experience (tahap 5) ataupun exceptional writer (tahap
6), ini adalah bonus. Sebagai pendidik, orangtua tidak bisa
mengharapkan semua anak usia prasekolah mencapai keterampilan seperti
ini. Dengan stimulasi yang baik dan berkesinambungan, diharapkan pada
usia SD, anak semakin terampil dan antusias dalam menulis mandiri.